Breaking News

Petani Kakao Milenial Asal Trenggalek Raup Jutaan Rupiah, Adib : Ditanam Tahun 1998

Trenggalek – Tanaman Kakao atau yang memiliki nama ilmiah Theobroma Cacao Linnaeus merupakan tanaman perkebunan yang menghasilkan biji. Dimana biji tersebut diolah menjadi bahan dasar pembuatan bubuk cokelat

Kakao memegang peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. Dilansir dari RRI, selain minyak dan gas, kakao juga menjadi salah satu komoditas penting penghasil devisa negara.

Dimana dewasa ini dengan adanya peningkatan daya saing ekspor di kanca Internasional dapat berdampak pada peningkatan pendapatan petani.

Iya, dampak dari daya saing ekspor kakao juga di rasakan oleh petani milenial asal Trenggalek. Ia adalah Adib Fanani, Pemuda berusia 28 tahun yang berasal dari Desa Gandusari, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek.

Adib setiap bulannya mengantongi jutaan rupiah dari kebun kakaonya. Dengan memiliki kurang lebih 80 pohon kakao yang berada di kebun miliknya yang luasnya sekitar 400 m2.

“Setiap tiga hari sekali saya panen, setiap panen kurang lebih lima sampai tujuh kilo, dulu lebih banyak dari ini, karena usianya tua, jadi kurang maksimal hasilnya,” terang adib saat ditemui di kebun miliknya.

Adib menambahkan, usia kakaonya saat ini sekitar kurang lebih 28 tahun. Meskipun sudah dikatakan tanaman cukup lama, namun masih produktif dan setiap bulan masih menghasilkan uang.

“Kata orang tua saya, kakao ini ditanam sekitar tahun 1998, dulu bibitnya dikasih oleh Dinas pertanian dan perkebunan,” terangnya.

Menurut adib, dulu ada program dari kelompok tani yang ada di lingkungannya. Ada lebih dari 3000 pohon yang di bagikan, dan orang tuanya mendapatkan sekitar 100 pohon yang sampai saat ini tinggal 70 pohon dan masih di rawat dengan baik oleh adib.

Usia tanaman kakao yang cukup tua, banyak perawatan yang adib lakukan setiap harinya. Seperti rutin membersihkan gulma di sekitar pohon, memberikan pupuk secukupnya serta memangkas ranting yang tidak produktif.

“Biasanya tiga hari sekali saya datang ke kebun, kadang setiap hari datang ke kebun untuk melakukan perawatan agar selalu produktif,” jelasnya.

Kalau tiga hari sekali, ia sembari memetik buah yang sudah siap panen. Kalau cuaca cerah, setelah petik bisa dijemur kurang lebih tiga hari dan biji kakao kering sudah siap dijual.

“Kemarin harga kakao satu kilo sempat tembus Rp. 100.000 lebih, alhamdulillah bisa nabung,” imbuhnya.

Menjadi petani di era digital saat ini memang tidak mudah, banyak yang masih enggan berkecimpung di dunia pertanian dan perkebunan. Banyak yang masih memilih bekerja di perkantoran atau menjadi Pegawai Negeri

Namun dari hasil yang di dapatkan petani asal Desa Gandusari ini, bisa menjadi motivasi bagi pemuda bahkan Gen-Z untuk sadar, jika menjadi petani itu juga bisa sangat menghasilkan uang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *