Trenggalek, sapajatim.com-Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Trenggalek menilai momentum HUT kemerdekaan RI ke -80 bukan sekadar perayaan seremonial, melainkan ruang refleksi bersama untuk menakar kembali sejauh mana cita-cita kemerdekaan benar-benar terwujud dalam kehidupan rakyat.
Delapan dekade sudah berdiri tegak sebagai negara merdeka, sehingga bangsa ini telah melalui berbagai ujian sejarah seperti, penjajahan, pemberontakan, krisis ekonomi, hingga tantangan globalisasi.
Ketua GMNI Trenggalek, M. Sodiq Fauzi, menyampaikan bahwa kemerdekaan yang diproklamasikan Bung Karno dan Bung Hatta tidak hanya sebatas terbebas dari kolonialisme. Lebih dari itu, kemerdekaan harus diwujudkan dalam bentuk bangsa yang adil, berdaulat, dan sejahtera.
“Pertanyaannya sekarang, apakah kita sudah benar-benar merdeka? Menurut kami, kemerdekaan tidak boleh dimaknai hanya bebas dari penjajahan fisik, tetapi juga harus terbebas dari ketidakadilan, ketimpangan, dan penindasan,” ujar Sodiq.
Sodiq memberi penekanan ada dua hal penting yang perlu mendapat perhatian serius pemerintah khususnya di Kabupaten Trenggalek ke depan. Itu adalah soal kemandirian ekonomi dan kemerdekaan dalam pendidikan serta budaya.
Sodiq menilai, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, laut yang luas, tanah yang subur, dan penduduk produktif yang besar. Namun, ketimpangan masih menjadi wajah buram pembangunan nasional.
“Petani kita masih bergulat dengan harga panen yang tidak menentu, nelayan terjebak dalam kemiskinan struktural, dan buruh harus puas dengan upah yang sering kali tidak sebanding dengan kebutuhan hidup layak. Sementara itu, akses pendidikan dan layanan kesehatan berkualitas masih menjadi kemewahan di banyak pelosok negeri,” ungkapnya.
Menurut GMNI Trenggalek, pemerintah tidak boleh hanya berbangga dengan capaian angka makro pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan tersebut harus dipastikan bisa dinikmati secara merata oleh seluruh rakyat, bukan hanya segelintir orang.
Selain itu, Sodiq menyoroti persoalan krisis identitas generasi muda di tengah derasnya arus globalisasi dan digitalisasi. Nilai-nilai luhur Pancasila, menurutnya, mulai tergeser oleh budaya instan, hedonisme, dan polarisasi sosial.
Sebab kemerdekaan sejati adalah saat anak bangsa bisa tumbuh dengan karakter yang kuat, bangga menjadi orang Indonesia, dan mampu bersaing secara global tanpa kehilangan jati diri.
“Itu tantangan besar bagi dunia pendidikan, kebudayaan, dan juga media massa, jadi mari bersama-sama memperbaikinya,” tegasnya.
GMNI Trenggalek berharap momentum HUT ke-80 ini menjadi pijakan untuk memperkuat persatuan, memperdalam keadilan, dan memperkuat komitmen bersama dalam mewujudkan Indonesia yang benar-benar merdeka seutuhnya.
“Semangat kemerdekaan jangan hanya jadi nostalgia sejarah. Harus kita jadikan energi pembebasan untuk masa depan. Tugas kita bukan hanya menjaga kemerdekaan, tapi memastikan bahwa kemerdekaan itu benar-benar bermakna bagi seluruh rakyat Indonesia tak kecuali di Trenggalek,” pungkas Sodiq.(redaksi)












