TRENGGALEK, sapajatim.com – Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Trenggalek mengeluarkan pernyataan keras terkait fenomena calon tunggal dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Trenggalek tahun ini. Sebab adanya calon tunggal dalam Pilkada ini menandakan kemunduran signifikan dalam praktik demokrasi di daerah tersebut.
Ketua GMNI Trenggalek, M. Shodiq Fauzi mengatakan, calon tunggal menunjukkan adanya krisis dalam proses demokrasi.
“Bagi kami Pilkada yang hanya memiliki satu pasangan calon bukan hanya mencederai prinsip demokrasi, tetapi juga menghilangkan kesempatan bagi masyarakat untuk mengevaluasi dan membandingkan gagasan serta visi- misi dari calon lain,” ungkapnya.
Dengan adanya calon tunggal, berarti dalam pemungutan suara nanti, masyarakat Trenggalek tidak memiliki alternatif pilihan yang memadai. Sehingga menjadikan Pilkada di Trenggalek kali ini hanya sebagai formalitas untuk memberhentikan dan mengangkat bupati.
“Demokrasi seharusnya melibatkan kompetisi yang sehat dan setara. Namun, apa yang terjadi kami berpendapat menunjukkan bahwa pendidikan politik di Trenggalek mengalami stagnasi, yang berdampak pada kurangnya partisipasi dan inovasi politik,” tambah Shodiq.
GMNI Trenggalek juga menyoroti bahwa fenomena calon tunggal tersebut mencerminkan adanya masalah mendalam dalam sistem politik dan pendidikan politik di daerah tersebut. Sehingga dikhawatirkan akan menggerus kualitas demokrasi dan partisipasi publik di Trenggalek. Karena itu GMNI berharap nantinya bisa menjadi perhatian bagi semua pihak, agar segera ada upaya untuk memperbaiki sistem politik dan meningkatkan kesadaran politik di kalangan masyarakat Trenggalek.
“Dengan perbaikan sistem politik itu kami yakin, proses demokrasi bisa berjalan lebih adil dan kompetitif, “ jelas Shodiq.(Redaksi)
GMNI Trenggalek Kritisi Adanya Calon Tunggal yang Menunjukan Kemunduran Demokrasi
Masyarakat Tidak Bisa Bandingkan Visi dan Misi